Tingkah
Laku Makan
Aktivitas makan adalah tingkah laku
makan yang terdiri aktivitas mencium makanan, merenggut makanan, mengunyah
makanan, dan menelan makanan. Dalam satu kubangan kerbau terdapat beberapa
ternak yang mengkonsumsi makanan yang berasal dari jenis rumput, jerami padi
dan limbah pertanian lainya.
Hasil pengamatan
penelitian ini dalam kubangan kerbau lumpur yang ada di pantai Hodo di
kawasan Doro Ncanga bahwa aktivitas makan tertinggi terjadi pada kerbau kerbau
betina dewasa yaitu sebesar 10 ekor kali yang terendah terjadi pada kerbau
jantan anakkan yaitu sebesar 3 ekor. Hal ini sesuai dengan peryataan Schoenian
(2005), yang menyatakan bahwa kerbau termasuk hewan yang suka merumput (Grazer) dan Banerjee (1982) yang
menyatakan bahwa kerbau kurang memilih dalam mencari makan dan oleh karena itu
mengkonsumsi dalam jumlah besar.
Dari hasil pengamatan lapangan
kerbau lumpur Doro Ncanga bahwa ada 4 aktivitas makan kerbau pada
musim hujan:
1.
Aktivitas mencium pakan,
yaitu awal perenggutan hijauan hingga kerbau mencium yang lainya.
2.
Aktivitas merenggut
makanan yaitu awal perenggutan hijauan hinggga diagkat untuk dikunyah
3.
Aktivitas mengunyah
makanan yaitu aktivitas yang dimulai
perenggutan hijaun yang telah dikumpulkan dalam mulut hingga aktivitas
mmenelan.
4.
Aktivitas menelan makanan
yang dimulai dari menelan hasil kunyahanhingga aktivita lainya,dan kerbau lebih banyak merumput bila
dibandingkan dengan sapi
Secara umum aktivitas kerbau lumpur
Doro Ncanga Padang penggembalaan Doro
Ncanga kawasan Tambora dijumpai prilaku alami kerbau yang telah diteliti
dari kelompok habitatnya. Kerbau lebih suka berendam badanya dilumpur sehingga
diberi nama kerbau lumpur. Dilihat dari klasifikasi kategori umur dan jenis
kelamin bahwa dalam satu klan terdiri dari beberapa induk dan anak-anakny; satu
klan bisa juga terdiri dari beberapa keturunan kerbau. Dalam satu klan, semua
kerbau saling kenal. Satu kelompok terdiri dari beberapa klan. Tergantung pada
besarnya, dalam suatu kelompok para kerbau tidak begitu saling kenal
sebagaimana dalam suatu klan. Satu kawanan terdiri dari beberapa kelompok.
Klan, kelompok dan kawanan hanya terdiri dari kerbau betina dan anak jantan
berumur hingga dua atau tiga tahun. satu
kelompok kerbau tinggal dan bermalam bersama di satu habitat. Dekat habitatnya
biasanya terdapat himpunan kotoran kerbau. Ini merupakan tempat kerbau membuang
kotoranya. Ketika hari saat panas kerbau lumpur Doro Ncanga mulai berkubang.
Pada musim kemarau di kawasan Doro Ncanga, kerbau betinan dan anak kerbau
berpisah dari kerbau jantan. Kerbau betinan dan anak kerbau berkumpul di pantai
Hodo untuk berteduh.kerbau lebih suka merumput dan hanya meramban bila pakan
sangat langka. Kerbau kerbau lumpur Doro Ncanga merumput pada siang hari,
merumput dilakukan di pagi hari dan sore hari kadang-kadang malam hari.
Hasil identifikasi lapangan di
Padang sabana Doro Ncanga bahwa kerbau merumput lebih banyak bila di bandingkan
dengan ternak sapi. Kerbau termasuk hewan yang suka merumput (grazer)
(Schoenian, 2005). Lebih lanjut dikatakan (Baneerje, 1992) mengemukakan kerbau
kurang memilih dalam mencari makan dan oleh karena itu mengkonsumsi dalam
jumlah lebih besar pakan yang kurang bermutu, tisak seperti di makan oleh sapi.
Devendra, (1987) mengemukakan bahwa
kerbau memiliki kemampuan mencerna pakan bermut rendah lebih lebih efisien
daripada sapi, dengan kemampuan mencerna 2-3% unit lebih tinggi.
Dari hasil pengamatan kerbau lumpur
Doro Ncanga bahwa ada tingkah laku yang sulit dipahami bagi orang, kecuali
peternaknya. Kerbau saling berkominikasi
dengan mencium bau untuk saling mengenal dan memanggil anaknya dengan
suara yang khas, yang jarang didengar. Ketika Kerbau masuk air
buang kotoran tujuannya untuk menandai kubangan mereka. Kerbau jantan dan kerbau betina Doro Ncanga hidup dalam kelompok yang berbeda, kerbau jantan dewasa tidak meninggalkan
kerbau betina sedang birahi.
Permasalahan
yang ditemui dari penelitian ini adalah adanya perbedaan antara sistem pemeliharaan. Kerbau Doro
Ncanga dilepas secara ekstensif di Padang alam yang luas.
Menurut Schoenian (2005) menyatakan bahwa kerbau termasuk hewan yang suka
merumput (grazer) kerbau kurang memilih dalam mencari makan oleh karenaitu
mengkonsumsi dalam jumlah besar pakan yang kurang bermutu.
Hasil
survei lapangan di 3 (tiga) Kecamatan tersebut bahwa cara pemberian pakan pada
ternak kerbau di daerah penelitian dilakukan dengan penggembalakan kerbau yakni
diikat dengan tali yang panjang lebih kurang 20 meter, sehingga ternak kerbau
dapat mencari makanan sendiri di pematang-pematang
sawah. Pada sore hari Peternak kerbau lumpur akan memindahkan kerbau di tempat
lahan yang lain, sehingga ada pergantian pakan atau rumput yang tumbuh secara
liar dapat merumput secara bergantian. Hasil penelitian Endah Pertiwi (2007)
menyatakan bahwa masyarakat Sumbawa, khususnya masyarakat tradisional
menggunakaan kebisaan melepas ternaknya secara bebas di Padang penggembalaan
dengan sistem beternak ekstensif dengan yaitu dengan penggembalaan umum di lar. Penggembalaan selama musim tanaman
(penghujanan). Maka kerbau-kerbau tersebut akan makan sendiri, dengan demikian
pakan yang diberikan pada ternak kerbau adalah rumput lapangan yang
diperoleh sendiri oleh ternak
saat merumput. Sedangkan limbah pertanian jerami jagung dan jerami padi,
jerami kedelai dan kacang-kacangan diberikan secara adlibitum. Air minum diberikan pada saat ternak kerbau dengan
menggiring ternak ke sungai atau kubanganya dan rawa.
Kegiatan beternak masyarakat Dompu
yang mengandung kearifan lingkungan dipengaruhi
dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Pemeliharaan kerbau di Dompu
dilepas di So atau sawah yang luas. So
ini berperan dalam kehidupan sosial dan ekonomi Dompu. Hal ini menunjang
potensi Kabupaten Dompu sebagai salah satu daerah penghasil ternak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar