Indonesia
adalah sangat kaya, tetapi sebagian manusia Indonesia terkadang kita kurang
jeli dalam pemanfaatan kekayaan itu. Jerami begitu melimpah. Saat petani panen padi jerami
melimpah, di daerah persawahan,
dan itu hanya dibakar,dan manfaat sebagai humus tanaman, namun tidak efekvtif
dan maksimal dan sebagaimana eksistensi akan jerami itu sendiri. Bisanya
jerami hanya akan teronggok di sawah
karena di gunakan sebagai pakan ternak atau bahkan di bakar begitu saja. Bisa
di bayangkan kemubadziran saja, karena
ternyata pembakaran jerami akan menghasilkan emisi karbon yang memeberi
sumbangan akan terjadi pemanasan global. Sungguh ironis memang, di satu sisi
jerami dan sekam melimpah hanya dianggap
sebagai sisa yang memang harus di bakar. Sementara pupuk kimia semakin
melambung tinggi saja, sementra petani mengeluhkan terjadinya kelangkaan dan
mahalnya pupuk kimia. Dampaknya jumlah dan jenis pupuk yang dapat mereka
usahakan semakin terbatas serta waktu pemberian pupuk yang sering terlambat
dapat berpengaruh terhadap produksi. Di samping itu, penurunan produktivitas
lahan sawah yang marak di Indonesia di mungkinkan terjadi karena
kejenuhan tanah akibat penggunaan pupuk an organik dalam jangka waktu yang
relatif lama.
Peristiwa
ini mencerminkan kurang maksimalnya pemanfaatan jerami dalam bidang pertanian,
padahal jerami memiliki potensi yang sangat besar dalam menggemburkan tanah
jika di manfaatkan sebagai pupuk kompos. Bahkan dapat menjadi solusi yang
sangat berilian untuk menangani permasalahan. Dengan demikian betapa di lihat
manfaat jerami dan sekam kita di manfaatkan sebagai pupuk kompos. Namun,
realitas di lapangan menyatakan betapa kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat khususnya petani
akan potensi tersebut yang tidak
terkira. Karena bagaimanapun juga penggunaan pupuk organik dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan kerusakan tanah yang merupakan media yang paling
lengkap tempat hidup tumbuhan sebagai satu-satunya produsen di muka bumi ini.
Oleh karena itu, sangatlah penting merubah paradikma berpikir masyarakat kita
bahwa penggunaan sesuatu yang instan dalam jangka panjang tidak selalu.
Demikian juga dengan penggunaan pupuk
anorganik. Harus ada pengganti atau substitusi dari pupuk kimia anorganik dan
jawaban yang tepat adalah pupuk kompos. Selain beberapa keunggulan yang telah
di sebutkan di atas, cara membuat pupuk ini sangatlah mudah,apalagi bahan
bakunya merupakan limbah padi dan limbah jagung yang sangat melimpah saat pasca
panen.
Kalau
keuntungan besar apalagi yang harus di cari jika kita dapat mengubah sampah (jerami) menjadi emas (kompos) ?.
kesadaran inilah yang harus ditanamkan pada seluruh masyarakat khususnya petani
di negeri (Indonesia) super agraris ini. Solusi (mungkin kita perlu
didiskusikan disini agar bisa menjadi solusi kepada petani dan pemerintah/LSM
termasuk pihak swasta) adalah :
1. Perlu perubahan paradigma petani akan
perubahan pupuk organik (paradigma
tentang kelola sampah atau limbah pertanian), ini merupakan kerja keras “harus”
dilakukan, karena ini merupakan titik awalnya.
2. Pemerintah atau swasta termasuk LSM/NGO
lingkungan pertanian perlu mengadakan
pelatihan tentang pengelolaan limbah padi dan limbah jagung (jerami/sekam) atau
pengelolaan sampah menjadi pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia.
Khususnya dari pemerintah perlu penjelasan yang serius (dukungan Penuh) tentang
hal ini. Serta melibatkan unsur pemuka agama (diskusi tentang sampah sekaitan
dengan perintah agama tentang kebersihan.
3. Aktifkan kembali pola Sumbang
Saran(Kelompok Tani) agar pelaksanaan program ini dapat dengan mudah
terealisasi. Mengganti atau subsitusi dari
pupuk kimia ke organik ini memelukan biaya tinggi, maka dibutuhkan kerjasama
oleh semua pihak, khususnya para petani itu sendiri.
4. Pemerintah seharusnya membangun atau mendirikan Demo Plot
pengelolaan limbah/sampah menjadi pupuk organik dimasing-masing kelurahan
sentra penghasil padi, dengan melibatkan secara langsung unsur swasta/LSM bersama
penyuluh lapangan pertanian (kerja bareng atau disatu paketkan) dengan
maksud”misi yang sama” (ini yang perlu dicermati mungkin oleh pemerintah,
akhirnya terjadi pola pikir
dan pola tindak yang konstruktif.
5. Menciptakan Indistri di masyarakat (Home Indutry) sekaligus menanggulangi
pengangguran, peningkatan ekonomi masyarakat. Serta memampukan masyarakat dalam
mengelolah Limbah Pertanian, misalnya jerami , rumput atau sampah kota dan
secara umum akan lebih mengerti dan terpanggil untuk mengelola limbah tersebut
secara benar, adil dan bijaksana serta mandiri.
6. Mengajak masyarakat petani secara serius
untuk memanfaatkan (momentum) program
pemerintah saat ini, misalnya program pemberian bantuan lunak (Bunga 6%) bagi pengelola lingkungan atau melalui
program kementrian Kehutanan yaitu “Kebun Bibit Rakyat” untuk 8000 desa di
Indinesia program ini mungkin bisa berdampingan Demo Plot pengelolaan pupuk
organik berbasis limbah/sampah kota) atau program lainnya yang di kementrian
pertanian, misalnya melalui pemberdayaan LM3 (Limbah Mengakar di Masyarakat).
7. Diharapkan pemerintah bila
membuat/meluncurkan program, jangan berhenti di batasa pencairan dana (orientasi proyek) tapi harus diikuti
sampai memantau aplikasi di lapangan secara serius.
Mari
kita bersama turut serta membantu para petani (komunitas terbesar di negeri
ini) untuk mengubah paradigma berpikir dan memotivasi mereka mengenai
pemanfaatan jerami/sampah agar lebih maksimal.
A. Limbah
Pertanian Bisa
Dimanfaatkan Untuk Pakan Ternak
Salah
satu faktor penentu suksesnya
usaha peternakan adalah pemberian pakan ternak. Pemberian pakas yang sesuai baik secara kualitas maupun
kuantitasnya sangat penting bagi tumbuh dan berkembangnya ternak sesuai dengan
potensi genetisnya.
Dalam memelihara ternak petani masih menggunakan metode
ekstensif tradisional dengan sumber pakannya hanya bertumpu pada rumput
lapangan yang tumbuh di pinggir jalan, sungai, pematang sawah dan tegalan. Metode beternak secara ekstensif
tradisional lambat laun akan menyulitkan petani dan peternak dalam penyediaan
pakan apalagi rumput hijau bahan utama ternak tidak tersedia sepanjang tahun.
Pada musim hujan produksi pakan berlimpah sedangkan pada musim kemarau sedikit
relatif. Sedangkan menurut
Husni (2005), pemeliharaan
ternak yang secara
eksentensif (tradisional)
dengan sumber pakan yang di olah salah satu jerami pertanian dapat meningkatkan
nilai kecernaan pada ternak ruminansia. Selain
tergantung pada pergantian musim, keberadaan rumput hijauan sebagai pakan
ternak juga akan terus berkurang seiring dengan makin sempitnya lahan
pertanian. Karena
itu, perlu menyiapkan langkah antisipasi
agar kebutuhan pakan bagi ternaknya biasa
terus di penuhi. Sebenarnya untuk mendapatkan pakan ternak yang muda dan
bergizi itu bisa di lakukan. Di sekitar kita
banyak sumber pakan yang bisa di
manfaatkan sebagai pakan ternak, termasuk limbah pertanian selama ini tidak di
manfaatkan.
B. Jerami
Padi Limbah yang Tak Ternilai
Siapa yang tidak kenal jerami
padi dan jerami jagung ? pasti semua
dari kita baik yang berada di perkotaan maupun di pedesaan sudah mengenalnya. Akan
tetapi mungkin karena kurang berbekal pengetahuan terutama pada masyarakat
pedesaan. Jerami padi dan jerami jagung belum termanfaatkan dengan baik. Kita
lihat di beberapa areal persawahan
jerami padi dan jerami jagung hanya ditumpuk saja, bahkan ada yang
langsung dibakar begitu panen usai. Semua itu semestinya tidak perlu terjadi
kalau kita mengetahui akan manfaat jerami padi dan jerami jagung dalam
menunjang usaha peternakan kita. Jerami padi dan jerami jagung tentu tidak kita
pandang sebagai limbah pertanian saja akan tetapi kita pandang sebagai sarana
yang bisa menunjang usaha peternakan kita. Mari kita lihat seberapa penting
peranan atau manfaat jerami padi dan jerami jagung dalam menunjang usaha
peternakan kita. Untuk mendapatka jerami padi dan jerami jagung kadang kita
mengambilnya langsung dari petani yang sedang panen di sawah, akan tetapi di
sebagian tempat memang harus membelinya tapi harganya murah.
C. Pemanfaatan
Jerami Padi dan Jerami Jagung Sebagai
Pengganti Rumput Untuk Ternak Rumianansia Kecil
Penulisan
buku ini bertujuan untuk melihat potensi jerami padi dan jerami jagung sebagai
sumber pakan ternak ruminansia kecil, kendala pemanfaatan dan alternatif
pemecahan masalahnya. Jerami padi dan jerami jagung mempunyai potensi besar
sebagai pakan ternak ruminansia , terutama sebagai sumber serat. Ketersediaan
jerami padi dan jerami jagung cukup luas di berbagai daerah di Indonesia,
dengan jumlah yang melimpah. Akan tetapi, kualitas gizinya rendah yang ditandai
dengan rendahnya kandungan protein dan tingginya kandungan silikat dan lignin,
sehingga mengakibatkan rendahnya kecernaan jerami padi dan jerami jagung.
Berbagai perlakuan untuk meningkatkan mutu jerami padi dan jerami jagung telah
dilakukan. Pada umumnya peternak di daerah Asia Tenggara lebih suka perlakuan
jerami padi dan jerami jagung dengan urea, karena dapat meningkatkan kandungan
nitrogen dan kecernaan serta mudah dilakukan. Berbagai penelitian pemanfatan jerami padi dan jerami jagung dengan siplementasi sisa
hasil industri pertanian, maupun dengan hijauan leguminosa segar telah
dilakukan untuk pakan ternak ruminansia kecil. Untuk menggantikan rumput segar,
jerami padi dan jerami jagung dapat digunakan sampai sekitar 10% tetapi apabila
digunakan bersamaan dengan konsentrat, jerami padi dan jerami jagung dapat
menggantikan rumput sampai sekitar 30% untuk kambing dan domba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar