Translate

Minggu, 13 November 2016

LIMBAH PADI SEBAGAI PRODUK ALTERNATIF PERTANIAN ORGANIK

Indonesia adalah sangat kaya, tetapi sebagian manusia Indonesia terkadang kita kurang jeli dalam pemanfaatan kekayaan itu. Jerami begitu  melimpah. Saat petani panen padi jerami melimpah, di daerah persawahan, dan itu hanya dibakar,dan manfaat sebagai humus tanaman, namun tidak efekvtif dan maksimal dan sebagaimana eksistensi akan jerami itu sendiri. Bisanya jerami  hanya akan teronggok di sawah karena di gunakan sebagai pakan ternak atau bahkan di bakar begitu saja. Bisa di bayangkan  kemubadziran saja, karena ternyata pembakaran jerami akan menghasilkan emisi karbon yang memeberi sumbangan akan terjadi pemanasan global. Sungguh ironis memang, di satu sisi jerami dan  sekam melimpah hanya dianggap sebagai sisa yang memang harus di bakar. Sementara pupuk kimia semakin melambung tinggi saja, sementra petani mengeluhkan terjadinya kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia. Dampaknya jumlah dan jenis pupuk yang dapat mereka usahakan semakin terbatas serta waktu pemberian pupuk yang sering terlambat dapat berpengaruh terhadap produksi. Di samping itu, penurunan  produktivitas  lahan sawah yang marak di Indonesia di mungkinkan terjadi karena kejenuhan tanah akibat penggunaan pupuk an organik dalam jangka waktu yang relatif lama.
Peristiwa ini mencerminkan kurang maksimalnya pemanfaatan jerami dalam bidang pertanian, padahal jerami memiliki potensi yang sangat besar dalam menggemburkan tanah jika di manfaatkan sebagai pupuk kompos. Bahkan dapat menjadi solusi yang sangat berilian untuk menangani permasalahan. Dengan demikian betapa di lihat manfaat jerami dan sekam kita di manfaatkan sebagai pupuk kompos. Namun, realitas di lapangan menyatakan betapa kurangnya kesadaran  dan pengetahuan masyarakat khususnya petani akan potensi tersebut yang  tidak terkira. Karena bagaimanapun juga penggunaan pupuk organik dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kerusakan tanah yang merupakan media yang paling lengkap tempat hidup tumbuhan sebagai satu-satunya produsen di muka bumi ini. Oleh karena itu, sangatlah penting merubah paradikma berpikir masyarakat kita bahwa penggunaan sesuatu yang instan dalam jangka panjang tidak selalu. Demikian  juga dengan penggunaan pupuk anorganik. Harus ada pengganti atau substitusi dari pupuk kimia anorganik dan jawaban yang tepat adalah pupuk kompos. Selain beberapa keunggulan yang telah di sebutkan di atas, cara membuat pupuk ini sangatlah mudah,apalagi bahan bakunya merupakan limbah padi dan limbah jagung yang sangat melimpah saat pasca panen.    
Kalau keuntungan besar apalagi  yang harus  di cari jika kita dapat mengubah sampah (jerami) menjadi emas (kompos) ?. kesadaran inilah yang harus ditanamkan pada seluruh masyarakat khususnya petani di negeri (Indonesia) super agraris ini. Solusi (mungkin kita perlu didiskusikan disini agar bisa menjadi solusi kepada petani dan pemerintah/LSM termasuk pihak swasta) adalah :
1.    Perlu perubahan paradigma petani akan perubahan pupuk organik (paradigma tentang kelola sampah atau limbah pertanian), ini merupakan kerja keras “harus” dilakukan, karena ini merupakan titik awalnya.
2.    Pemerintah atau swasta termasuk LSM/NGO lingkungan pertanian  perlu mengadakan pelatihan tentang pengelolaan limbah padi dan limbah jagung (jerami/sekam) atau pengelolaan sampah menjadi pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia. Khususnya dari pemerintah perlu penjelasan yang serius (dukungan Penuh) tentang hal ini. Serta melibatkan unsur pemuka agama (diskusi tentang sampah sekaitan dengan perintah agama tentang kebersihan.
3.    Aktifkan kembali pola Sumbang Saran(Kelompok Tani) agar pelaksanaan program ini dapat dengan mudah terealisasi. Mengganti atau subsitusi dari pupuk kimia ke organik ini memelukan biaya tinggi, maka dibutuhkan kerjasama oleh semua pihak, khususnya para petani itu sendiri.
4.    Pemerintah seharusnya membangun atau mendirikan Demo Plot pengelolaan limbah/sampah menjadi pupuk organik dimasing-masing kelurahan sentra penghasil padi, dengan melibatkan secara langsung unsur swasta/LSM bersama penyuluh lapangan pertanian (kerja bareng atau disatu paketkan) dengan maksud”misi yang sama” (ini yang perlu dicermati mungkin oleh pemerintah, akhirnya terjadi pola pikir dan pola tindak yang konstruktif.
5.    Menciptakan Indistri di masyarakat (Home Indutry) sekaligus menanggulangi pengangguran, peningkatan ekonomi masyarakat. Serta memampukan masyarakat dalam mengelolah Limbah Pertanian, misalnya jerami , rumput atau sampah kota dan secara umum akan lebih mengerti dan terpanggil untuk mengelola limbah tersebut secara benar, adil dan bijaksana serta mandiri.
6.  Mengajak masyarakat petani secara serius untuk memanfaatkan (momentum) program pemerintah saat ini, misalnya program pemberian bantuan lunak (Bunga  6%) bagi pengelola lingkungan atau melalui program kementrian Kehutanan yaitu “Kebun Bibit Rakyat” untuk 8000 desa di Indinesia program ini mungkin bisa berdampingan Demo Plot pengelolaan pupuk organik berbasis limbah/sampah kota) atau program lainnya yang di kementrian pertanian, misalnya melalui pemberdayaan LM3 (Limbah Mengakar di Masyarakat).
7.  Diharapkan pemerintah bila membuat/meluncurkan program, jangan berhenti di batasa pencairan dana (orientasi proyek) tapi harus diikuti sampai memantau aplikasi di lapangan secara serius.
Mari kita bersama turut serta membantu para petani (komunitas terbesar di negeri ini) untuk mengubah paradigma berpikir dan memotivasi mereka mengenai pemanfaatan jerami/sampah agar lebih maksimal. 
A.   Limbah Pertanian Bisa Dimanfaatkan Untuk Pakan Ternak
Salah satu faktor penentu suksesnya usaha peternakan adalah pemberian pakan ternak. Pemberian  pakas yang sesuai baik secara kualitas maupun kuantitasnya sangat penting bagi tumbuh dan berkembangnya ternak sesuai dengan potensi genetisnya.
Dalam memelihara ternak petani masih menggunakan metode ekstensif tradisional dengan sumber pakannya hanya bertumpu pada rumput lapangan yang tumbuh di pinggir jalan, sungai, pematang sawah dan tegalan. Metode beternak secara ekstensif tradisional lambat laun akan menyulitkan petani dan peternak dalam penyediaan pakan apalagi rumput hijau bahan utama ternak tidak tersedia sepanjang tahun. Pada musim hujan produksi pakan berlimpah sedangkan pada musim kemarau sedikit relatif. Sedangkan menurut Husni (2005), pemeliharaan ternak yang secara eksentensif (tradisional) dengan sumber pakan yang di olah salah satu jerami pertanian dapat meningkatkan nilai kecernaan pada ternak ruminansia. Selain  tergantung pada pergantian musim, keberadaan rumput hijauan sebagai pakan ternak juga akan terus berkurang seiring dengan makin sempitnya lahan pertanian. Karena itu, perlu menyiapkan  langkah antisipasi agar kebutuhan pakan bagi ternaknya biasa terus di penuhi. Sebenarnya untuk mendapatkan pakan ternak yang muda dan bergizi itu bisa di lakukan. Di sekitar kita  banyak sumber pakan  yang bisa di manfaatkan sebagai pakan ternak, termasuk limbah pertanian selama ini tidak di manfaatkan.
B.   Jerami Padi Limbah yang Tak Ternilai
            Siapa yang tidak kenal jerami padi  dan jerami jagung ? pasti semua dari kita baik yang berada di perkotaan maupun di pedesaan sudah mengenalnya. Akan tetapi mungkin karena kurang berbekal pengetahuan terutama pada masyarakat pedesaan. Jerami padi dan jerami jagung belum termanfaatkan dengan baik. Kita lihat di beberapa areal persawahan  jerami padi dan jerami jagung hanya ditumpuk saja, bahkan ada yang langsung dibakar begitu panen usai. Semua itu semestinya tidak perlu terjadi kalau kita mengetahui akan manfaat jerami padi dan jerami jagung dalam menunjang usaha peternakan kita. Jerami padi dan jerami jagung tentu tidak kita pandang sebagai limbah pertanian saja akan tetapi kita pandang sebagai sarana yang bisa menunjang usaha peternakan kita. Mari kita lihat seberapa penting peranan atau manfaat jerami padi dan jerami jagung dalam menunjang usaha peternakan kita. Untuk mendapatka jerami padi dan jerami jagung kadang kita mengambilnya langsung dari petani yang sedang panen di sawah, akan tetapi di sebagian tempat memang harus membelinya tapi harganya murah.

 C.   Pemanfaatan Jerami Padi dan Jerami Jagung Sebagai  Pengganti Rumput Untuk Ternak Rumianansia Kecil
Penulisan buku ini bertujuan untuk melihat potensi jerami padi dan jerami jagung sebagai sumber pakan ternak ruminansia kecil, kendala pemanfaatan dan alternatif pemecahan masalahnya. Jerami padi dan jerami jagung mempunyai potensi besar sebagai pakan ternak ruminansia , terutama sebagai sumber serat. Ketersediaan jerami padi dan jerami jagung cukup luas di berbagai daerah di Indonesia, dengan jumlah yang melimpah. Akan tetapi, kualitas gizinya rendah yang ditandai dengan rendahnya kandungan protein dan tingginya kandungan silikat dan lignin, sehingga mengakibatkan rendahnya kecernaan jerami padi dan jerami jagung. Berbagai perlakuan untuk meningkatkan mutu jerami padi dan jerami jagung telah dilakukan. Pada umumnya peternak di daerah Asia Tenggara lebih suka perlakuan jerami padi dan jerami jagung dengan urea, karena dapat meningkatkan kandungan nitrogen dan kecernaan serta mudah dilakukan. Berbagai penelitian pemanfatan jerami padi  dan jerami jagung dengan siplementasi sisa hasil industri pertanian, maupun dengan hijauan leguminosa segar telah dilakukan untuk pakan ternak ruminansia kecil. Untuk menggantikan rumput segar, jerami padi dan jerami jagung dapat digunakan sampai sekitar 10% tetapi apabila digunakan bersamaan dengan konsentrat, jerami padi dan jerami jagung dapat menggantikan rumput sampai sekitar 30% untuk kambing dan domba.

Jumat, 11 November 2016

Tingkah Laku Berkubang Kerbau Lumpur Doro Ncanga

Hasil identifikasi di 2 lokasi penelitian tempat berkubangnya kerbau lumpur yakni; pantai Hodo dan Mada Oi Rao mengindikasikan bahwa, kerbau di Padang sabana Doro Ncanga kawasan Tambora akan turun kembali menuju kubangan di Mata air Rao (Mada Oi Rao), begitu juga sebaliknya di pantai Hoda. Pada sore hari kerbau-kerbau akan naik kembali ke lereng gunung, bukit di sekitar kawasan Tambora, disanalah tempat hijauan dan pohon-pohon yang masih hijau, akan tetapi  kerbau tersebut akan jalan lebih kurang sekitar 7 - 8 km begitu juga sebaliknya.
Dari hasil survei lapangan bahwa di Padang sabana Doro Ncanga sebagian lahan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan areal pertanian dan tanaman perkebunan, sehingga kerbau sebagian hidup sesuai dengan habitatnya terutama pada areal pinggir pantai Hodo.
Proses aktivitas berkubang dapat diamati dengan mencatat aktivitas berkubang (kali/hari) masing-masing kerbau lumpur di pantai Hodo dan Mada Oi Rao lalu dilakukan pula pencatatan durasi lama waktu berkubang dari masing-masing ternak kerbau yang ada di Doro Ncanga kawasan Tambora.
     
Gambar: Proses Aktivitas Kerbau Lumpur Doro Ncanga di Kubangan Pantai Hodo
   
 Hasil survei penelitian ini tanggal 16 Juli sampai dengan tanggal 20 Agustus 2015, menggambarkan bahwa ternak kerbau mulai berkubang pada pagi jam 10:00 wita dan naik pada sore hari sekitar jam 04:00 wita, dan turun kembali ke Padang sabana Doro Ncanga jam 07:00 wita atau  jam 08:00 wita. Kerbau-kerbau  akan turun kembali merumput di bawah areal Padang sabana Doro Ncanga, selesai merumput kerbau  masuk  ke kubangan pantai Hodo sampai jam 03:00 - 04:02 wita. Selesai berkubang kerbau akan berjalan potong di pinggir jalan raya, sehingga tidak jauh dari lereng gunung kawasan Tambora. Inilah aktivitas yang dilakukan kerbau selama ada dalam kubanganya.  Kemudian kerbau akan keluar sebentar kekubangan dan masuk kembali, tujuan kerbau  tersebut untuk merumput dan menjemur badanya di bawah pohon bidara (pohon Rangga), semak-semak atau belukar bahasa Bimanya - Dompunya pohon Golkar atau pohon Taride dan bahasa Sumbawanya adalah kayu Pki, pohon Sarigi, pohon Kore, yang tumbuh di pinggir pantai Hodo.
            Aktivitas  berkubang yang dilakukan ternak kerbau biasa disebabkan beberapa hal, seperti suhu udara yang terlalu tinggi, suhu tubuh ternak yang terlalu tinggi, jenis kelamin, umur ternak dan faktor genetik. Disini tanpak bahwa kerbau anak jantan lebih sering melakukan aktivitas berkubang bila dibandingkan kerbau lainnya. Frekuensi berkubang di masing-masing dua tempat, pantai Hodo dan Mata air Rao. Kedua kubangan memiliki rata-rata yang sama disetiap individu kerbau, yaitu sebesar 1 kali/hari. Sedangkan rataan waktu lama berkubang 5 jam - 6 jam. Berkubang tertinggi terjadi pada kerbau anak jantan dan yang terendah pada kerbau betina muda, sehingga untuk menyelesaikan suhu tubuh dengan lingkungannya, kerbau anak jantan harus lebih lama berada dalam kubangan. Dari hasil survei penelitian di dua kubangan pantai Hodo dan Mata air Rao Doro Ncanga Kawasan Tambora Kabupaten Dompu menunjukkan bahwa lama waktu  berkubang tertinggi terjadi pada kerbau anak jantan dan kerbau betina dara, sebesa 8 ekor kerbau, 3 ekor kerbau anak jantan dan 5 ekor kerbau betina dara. Sedangkan lama berkubang terjadi pada kerbau betina anakkan yaitu sebesar 6 jam ini disebabkan karena kerbau anak jantan memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerbau anak betina. Sehingga kerbau anak jantan lebih sering berkubang untuk menyeimbangkan suhu tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan http bahwa Kerbau senang berkubang. Co.id (2012) yang menyatakan berkubang merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh kerbau, terutama kerbau lumpur. Dimana pada saat berkubang kerbau mendinginkan suhu tubuh mereka yang panas menjadi dingin atau seimbang.
            Waktu berkubang kerbau di 2 (dua) lokasi kubangan di areal Padang sabana Doro Ncanga Kabupaten Dompu terlihat bahwa rataan waktu  berkubang tertinggi dari dua lokasi diperoleh dari kerbau dara jantan sebesar 5 - 6 jam, terendah pada kerbau dara betina yaitu sebesar 4-5. Hal ini menunjukkan bahwa kerbau dara jantan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berkubang. Frekuensi kerbau berkubang di antara 2 (dua) lokasi di mada oi Rao dan pantai Hodo di atas yang paling tinggi yaitu 5 jam. Sedangkan lama waktu yang paling rendah berada pada pantai Hodo. Hal ini disebabkan oleh suhu di lebih rendah 25-27 derajad Celsius.
            Lama kerbau berkubang di antara dua lokasi kubangan di atas yang paling tinggi ada di pantai Hodo 5 - 6 jam sedangkan waktu yang paling rendah berada di mada oi Rao yaitu 3-4 jam. Hal ini juga disebabkan karena suhu di lokasi Mada oi Rao lebih tinggi yaitu 27-290c dan 27-300c. dimana karena suhu lebih rendah kerbau bisa beberapa kali berkubang karena suhu tubuhnya cepat turun sedangkan di pantai Hodo yang suhunya lebih tinggi hanya sekali berkubang karena membutuhkan waktu yang lama untuk mendinginkan suhu tubuhnya sehingga hanya sekali saja berkubang.

Tingkah Laku Kerbau (Behaviour) Doro Ncanga Kawasan Tambora, Kabupaten Dompu, NTB

Tingkah Laku Makan
            Aktivitas makan adalah tingkah laku makan yang terdiri aktivitas mencium makanan, merenggut makanan, mengunyah makanan, dan menelan makanan. Dalam satu kubangan kerbau terdapat beberapa ternak yang mengkonsumsi makanan yang berasal dari jenis rumput, jerami padi dan limbah pertanian lainya.

Gambar: Aktivitas Makan Kerbau Di Pinggir Kubangan Pantai Hodo
            Hasil pengamatan  penelitian ini dalam kubangan kerbau lumpur yang ada di pantai Hodo di kawasan Doro Ncanga bahwa aktivitas makan tertinggi terjadi pada kerbau kerbau betina dewasa yaitu sebesar 10 ekor kali yang terendah terjadi pada kerbau jantan anakkan yaitu sebesar 3 ekor. Hal ini sesuai dengan peryataan Schoenian (2005), yang menyatakan bahwa kerbau termasuk hewan yang suka merumput (Grazer) dan Banerjee (1982) yang menyatakan bahwa kerbau kurang memilih dalam mencari makan dan oleh karena itu mengkonsumsi dalam jumlah besar.
     Dari hasil pengamatan lapangan kerbau lumpur Doro Ncanga bahwa ada 4 aktivitas makan kerbau pada musim hujan:
1.      Aktivitas mencium pakan, yaitu awal perenggutan hijauan hingga kerbau mencium yang lainya.
2.      Aktivitas merenggut makanan yaitu awal perenggutan hijauan hinggga diagkat untuk dikunyah
3.      Aktivitas mengunyah makanan yaitu aktivitas yang dimulai  perenggutan hijaun yang telah dikumpulkan dalam mulut hingga aktivitas mmenelan.
4.      Aktivitas menelan makanan yang dimulai dari menelan hasil kunyahanhingga aktivita lainya,dan  kerbau lebih banyak merumput bila dibandingkan dengan sapi
            Secara umum aktivitas kerbau lumpur Doro Ncanga Padang penggembalaan Doro  Ncanga kawasan Tambora dijumpai prilaku alami kerbau yang telah diteliti dari kelompok habitatnya. Kerbau lebih suka berendam badanya dilumpur sehingga diberi nama kerbau lumpur. Dilihat dari klasifikasi kategori umur dan jenis kelamin bahwa dalam satu klan terdiri dari beberapa induk dan anak-anakny; satu klan bisa juga terdiri dari beberapa keturunan kerbau. Dalam satu klan, semua kerbau saling kenal. Satu kelompok terdiri dari beberapa klan. Tergantung pada besarnya, dalam suatu kelompok para kerbau tidak begitu saling kenal sebagaimana dalam suatu klan. Satu kawanan terdiri dari beberapa kelompok. Klan, kelompok dan kawanan hanya terdiri dari kerbau betina dan anak jantan berumur hingga dua atau tiga tahun.  satu kelompok kerbau tinggal dan bermalam bersama di satu habitat. Dekat habitatnya biasanya terdapat himpunan kotoran kerbau. Ini merupakan tempat kerbau membuang kotoranya. Ketika hari saat panas kerbau lumpur Doro Ncanga mulai berkubang. Pada musim kemarau di kawasan Doro Ncanga, kerbau betinan dan anak kerbau berpisah dari kerbau jantan. Kerbau betinan dan anak kerbau berkumpul di pantai Hodo untuk berteduh.kerbau lebih suka merumput dan hanya meramban bila pakan sangat langka. Kerbau kerbau lumpur Doro Ncanga merumput pada siang hari, merumput dilakukan di pagi hari dan sore hari kadang-kadang malam hari.
       Hasil identifikasi lapangan di Padang sabana Doro Ncanga bahwa kerbau merumput lebih banyak bila di bandingkan dengan ternak sapi. Kerbau termasuk hewan yang suka merumput (grazer) (Schoenian, 2005). Lebih lanjut dikatakan (Baneerje, 1992) mengemukakan kerbau kurang memilih dalam mencari makan dan oleh karena itu mengkonsumsi dalam jumlah lebih besar pakan yang kurang bermutu, tisak seperti di makan oleh sapi. Devendra,  (1987) mengemukakan bahwa kerbau memiliki kemampuan mencerna pakan bermut rendah lebih lebih efisien daripada sapi, dengan kemampuan mencerna 2-3% unit lebih tinggi.
            Dari hasil pengamatan kerbau lumpur Doro Ncanga bahwa ada tingkah laku yang sulit dipahami bagi orang, kecuali peternaknya. Kerbau saling berkominikasi  dengan mencium bau untuk saling mengenal dan memanggil anaknya dengan suara yang khas, yang jarang didengar. Ketika Kerbau masuk air buang kotoran tujuannya untuk menandai kubangan mereka. Kerbau jantan dan kerbau betina Doro Ncanga  hidup dalam kelompok yang berbeda, kerbau jantan dewasa tidak meninggalkan kerbau betina sedang birahi.
      Permasalahan yang ditemui dari penelitian ini adalah adanya perbedaan  antara sistem pemeliharaan. Kerbau Doro Ncanga dilepas secara ekstensif di Padang alam yang luas. Menurut Schoenian (2005) menyatakan bahwa kerbau termasuk hewan yang suka merumput (grazer) kerbau kurang memilih dalam mencari makan oleh karenaitu mengkonsumsi dalam jumlah besar pakan yang kurang bermutu.
            Hasil survei lapangan di 3 (tiga) Kecamatan tersebut bahwa cara pemberian pakan pada ternak kerbau di daerah penelitian dilakukan dengan penggembalakan kerbau yakni diikat dengan tali yang panjang lebih kurang 20 meter, sehingga ternak kerbau dapat mencari makanan  sendiri di pematang-pematang sawah. Pada sore hari Peternak kerbau lumpur akan memindahkan kerbau di tempat lahan yang lain, sehingga ada pergantian pakan atau rumput yang tumbuh secara liar dapat merumput secara bergantian. Hasil penelitian Endah Pertiwi (2007) menyatakan bahwa masyarakat Sumbawa, khususnya masyarakat tradisional menggunakaan kebisaan melepas ternaknya secara bebas di Padang penggembalaan dengan sistem beternak ekstensif dengan yaitu dengan penggembalaan umum di lar. Penggembalaan selama musim tanaman (penghujanan). Maka kerbau-kerbau tersebut akan makan sendiri, dengan demikian pakan yang diberikan pada ternak kerbau adalah rumput lapangan yang diperoleh  sendiri  oleh ternak  saat merumput. Sedangkan limbah pertanian jerami jagung dan jerami padi, jerami kedelai dan kacang-kacangan diberikan secara adlibitum. Air minum diberikan pada saat ternak kerbau dengan menggiring ternak ke sungai atau kubanganya dan rawa.

            Kegiatan beternak masyarakat Dompu yang mengandung kearifan lingkungan dipengaruhi  dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Pemeliharaan kerbau di Dompu dilepas di So atau sawah yang luas. So ini berperan dalam kehidupan sosial dan ekonomi Dompu. Hal ini menunjang potensi Kabupaten Dompu sebagai salah satu daerah penghasil ternak.