Untuk melihat dan contoh spanduk kerbau untuk ujian tesis dan disertasi bisa di lihat di bawah ini:
Artikel Peternakan
Translate
Selasa, 19 Februari 2019
ABSTRAK PETERNAKAN KERBAU LUMPUR DORO NCANGA DOMPU NTB
oleh: Husni, S.Pt., M.Si
untuk mendatkan jurnal hasil penelitian kerbau lumpur di Kabupaten Dompu NTB dapat do download melalui link di bawah ini:
https://drive.google.com/open?id=1JeCIReT4-JSml5dK3jXFOlY7zemBg2AI
oleh: Husni, S.Pt., M.Si
untuk mendatkan jurnal hasil penelitian kerbau lumpur di Kabupaten Dompu NTB dapat do download melalui link di bawah ini:
https://drive.google.com/open?id=1JeCIReT4-JSml5dK3jXFOlY7zemBg2AI
SEMINAR INTERNATIONAL ISTAP UNIVERSITAS GAJAH MADA (UGM) JOGJAKARTA 2017
SEMINAR INTERNATIONAL ICST UNIVERSITY OF MATARAM 2017
WISUDA PROGRAM MAGISTER PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM JULI 2018
Minggu, 13 November 2016
LIMBAH PADI SEBAGAI PRODUK ALTERNATIF PERTANIAN ORGANIK
Indonesia
adalah sangat kaya, tetapi sebagian manusia Indonesia terkadang kita kurang
jeli dalam pemanfaatan kekayaan itu. Jerami begitu melimpah. Saat petani panen padi jerami
melimpah, di daerah persawahan,
dan itu hanya dibakar,dan manfaat sebagai humus tanaman, namun tidak efekvtif
dan maksimal dan sebagaimana eksistensi akan jerami itu sendiri. Bisanya
jerami hanya akan teronggok di sawah
karena di gunakan sebagai pakan ternak atau bahkan di bakar begitu saja. Bisa
di bayangkan kemubadziran saja, karena
ternyata pembakaran jerami akan menghasilkan emisi karbon yang memeberi
sumbangan akan terjadi pemanasan global. Sungguh ironis memang, di satu sisi
jerami dan sekam melimpah hanya dianggap
sebagai sisa yang memang harus di bakar. Sementara pupuk kimia semakin
melambung tinggi saja, sementra petani mengeluhkan terjadinya kelangkaan dan
mahalnya pupuk kimia. Dampaknya jumlah dan jenis pupuk yang dapat mereka
usahakan semakin terbatas serta waktu pemberian pupuk yang sering terlambat
dapat berpengaruh terhadap produksi. Di samping itu, penurunan produktivitas
lahan sawah yang marak di Indonesia di mungkinkan terjadi karena
kejenuhan tanah akibat penggunaan pupuk an organik dalam jangka waktu yang
relatif lama.
Peristiwa
ini mencerminkan kurang maksimalnya pemanfaatan jerami dalam bidang pertanian,
padahal jerami memiliki potensi yang sangat besar dalam menggemburkan tanah
jika di manfaatkan sebagai pupuk kompos. Bahkan dapat menjadi solusi yang
sangat berilian untuk menangani permasalahan. Dengan demikian betapa di lihat
manfaat jerami dan sekam kita di manfaatkan sebagai pupuk kompos. Namun,
realitas di lapangan menyatakan betapa kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat khususnya petani
akan potensi tersebut yang tidak
terkira. Karena bagaimanapun juga penggunaan pupuk organik dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan kerusakan tanah yang merupakan media yang paling
lengkap tempat hidup tumbuhan sebagai satu-satunya produsen di muka bumi ini.
Oleh karena itu, sangatlah penting merubah paradikma berpikir masyarakat kita
bahwa penggunaan sesuatu yang instan dalam jangka panjang tidak selalu.
Demikian juga dengan penggunaan pupuk
anorganik. Harus ada pengganti atau substitusi dari pupuk kimia anorganik dan
jawaban yang tepat adalah pupuk kompos. Selain beberapa keunggulan yang telah
di sebutkan di atas, cara membuat pupuk ini sangatlah mudah,apalagi bahan
bakunya merupakan limbah padi dan limbah jagung yang sangat melimpah saat pasca
panen.
Kalau
keuntungan besar apalagi yang harus di cari jika kita dapat mengubah sampah (jerami) menjadi emas (kompos) ?.
kesadaran inilah yang harus ditanamkan pada seluruh masyarakat khususnya petani
di negeri (Indonesia) super agraris ini. Solusi (mungkin kita perlu
didiskusikan disini agar bisa menjadi solusi kepada petani dan pemerintah/LSM
termasuk pihak swasta) adalah :
1. Perlu perubahan paradigma petani akan
perubahan pupuk organik (paradigma
tentang kelola sampah atau limbah pertanian), ini merupakan kerja keras “harus”
dilakukan, karena ini merupakan titik awalnya.
2. Pemerintah atau swasta termasuk LSM/NGO
lingkungan pertanian perlu mengadakan
pelatihan tentang pengelolaan limbah padi dan limbah jagung (jerami/sekam) atau
pengelolaan sampah menjadi pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia.
Khususnya dari pemerintah perlu penjelasan yang serius (dukungan Penuh) tentang
hal ini. Serta melibatkan unsur pemuka agama (diskusi tentang sampah sekaitan
dengan perintah agama tentang kebersihan.
3. Aktifkan kembali pola Sumbang
Saran(Kelompok Tani) agar pelaksanaan program ini dapat dengan mudah
terealisasi. Mengganti atau subsitusi dari
pupuk kimia ke organik ini memelukan biaya tinggi, maka dibutuhkan kerjasama
oleh semua pihak, khususnya para petani itu sendiri.
4. Pemerintah seharusnya membangun atau mendirikan Demo Plot
pengelolaan limbah/sampah menjadi pupuk organik dimasing-masing kelurahan
sentra penghasil padi, dengan melibatkan secara langsung unsur swasta/LSM bersama
penyuluh lapangan pertanian (kerja bareng atau disatu paketkan) dengan
maksud”misi yang sama” (ini yang perlu dicermati mungkin oleh pemerintah,
akhirnya terjadi pola pikir
dan pola tindak yang konstruktif.
5. Menciptakan Indistri di masyarakat (Home Indutry) sekaligus menanggulangi
pengangguran, peningkatan ekonomi masyarakat. Serta memampukan masyarakat dalam
mengelolah Limbah Pertanian, misalnya jerami , rumput atau sampah kota dan
secara umum akan lebih mengerti dan terpanggil untuk mengelola limbah tersebut
secara benar, adil dan bijaksana serta mandiri.
6. Mengajak masyarakat petani secara serius
untuk memanfaatkan (momentum) program
pemerintah saat ini, misalnya program pemberian bantuan lunak (Bunga 6%) bagi pengelola lingkungan atau melalui
program kementrian Kehutanan yaitu “Kebun Bibit Rakyat” untuk 8000 desa di
Indinesia program ini mungkin bisa berdampingan Demo Plot pengelolaan pupuk
organik berbasis limbah/sampah kota) atau program lainnya yang di kementrian
pertanian, misalnya melalui pemberdayaan LM3 (Limbah Mengakar di Masyarakat).
7. Diharapkan pemerintah bila
membuat/meluncurkan program, jangan berhenti di batasa pencairan dana (orientasi proyek) tapi harus diikuti
sampai memantau aplikasi di lapangan secara serius.
Mari
kita bersama turut serta membantu para petani (komunitas terbesar di negeri
ini) untuk mengubah paradigma berpikir dan memotivasi mereka mengenai
pemanfaatan jerami/sampah agar lebih maksimal.
A. Limbah
Pertanian Bisa
Dimanfaatkan Untuk Pakan Ternak
Salah
satu faktor penentu suksesnya
usaha peternakan adalah pemberian pakan ternak. Pemberian pakas yang sesuai baik secara kualitas maupun
kuantitasnya sangat penting bagi tumbuh dan berkembangnya ternak sesuai dengan
potensi genetisnya.
Dalam memelihara ternak petani masih menggunakan metode
ekstensif tradisional dengan sumber pakannya hanya bertumpu pada rumput
lapangan yang tumbuh di pinggir jalan, sungai, pematang sawah dan tegalan. Metode beternak secara ekstensif
tradisional lambat laun akan menyulitkan petani dan peternak dalam penyediaan
pakan apalagi rumput hijau bahan utama ternak tidak tersedia sepanjang tahun.
Pada musim hujan produksi pakan berlimpah sedangkan pada musim kemarau sedikit
relatif. Sedangkan menurut
Husni (2005), pemeliharaan
ternak yang secara
eksentensif (tradisional)
dengan sumber pakan yang di olah salah satu jerami pertanian dapat meningkatkan
nilai kecernaan pada ternak ruminansia. Selain
tergantung pada pergantian musim, keberadaan rumput hijauan sebagai pakan
ternak juga akan terus berkurang seiring dengan makin sempitnya lahan
pertanian. Karena
itu, perlu menyiapkan langkah antisipasi
agar kebutuhan pakan bagi ternaknya biasa
terus di penuhi. Sebenarnya untuk mendapatkan pakan ternak yang muda dan
bergizi itu bisa di lakukan. Di sekitar kita
banyak sumber pakan yang bisa di
manfaatkan sebagai pakan ternak, termasuk limbah pertanian selama ini tidak di
manfaatkan.
B. Jerami
Padi Limbah yang Tak Ternilai
Siapa yang tidak kenal jerami
padi dan jerami jagung ? pasti semua
dari kita baik yang berada di perkotaan maupun di pedesaan sudah mengenalnya. Akan
tetapi mungkin karena kurang berbekal pengetahuan terutama pada masyarakat
pedesaan. Jerami padi dan jerami jagung belum termanfaatkan dengan baik. Kita
lihat di beberapa areal persawahan
jerami padi dan jerami jagung hanya ditumpuk saja, bahkan ada yang
langsung dibakar begitu panen usai. Semua itu semestinya tidak perlu terjadi
kalau kita mengetahui akan manfaat jerami padi dan jerami jagung dalam
menunjang usaha peternakan kita. Jerami padi dan jerami jagung tentu tidak kita
pandang sebagai limbah pertanian saja akan tetapi kita pandang sebagai sarana
yang bisa menunjang usaha peternakan kita. Mari kita lihat seberapa penting
peranan atau manfaat jerami padi dan jerami jagung dalam menunjang usaha
peternakan kita. Untuk mendapatka jerami padi dan jerami jagung kadang kita
mengambilnya langsung dari petani yang sedang panen di sawah, akan tetapi di
sebagian tempat memang harus membelinya tapi harganya murah.
C. Pemanfaatan
Jerami Padi dan Jerami Jagung Sebagai
Pengganti Rumput Untuk Ternak Rumianansia Kecil
Penulisan
buku ini bertujuan untuk melihat potensi jerami padi dan jerami jagung sebagai
sumber pakan ternak ruminansia kecil, kendala pemanfaatan dan alternatif
pemecahan masalahnya. Jerami padi dan jerami jagung mempunyai potensi besar
sebagai pakan ternak ruminansia , terutama sebagai sumber serat. Ketersediaan
jerami padi dan jerami jagung cukup luas di berbagai daerah di Indonesia,
dengan jumlah yang melimpah. Akan tetapi, kualitas gizinya rendah yang ditandai
dengan rendahnya kandungan protein dan tingginya kandungan silikat dan lignin,
sehingga mengakibatkan rendahnya kecernaan jerami padi dan jerami jagung.
Berbagai perlakuan untuk meningkatkan mutu jerami padi dan jerami jagung telah
dilakukan. Pada umumnya peternak di daerah Asia Tenggara lebih suka perlakuan
jerami padi dan jerami jagung dengan urea, karena dapat meningkatkan kandungan
nitrogen dan kecernaan serta mudah dilakukan. Berbagai penelitian pemanfatan jerami padi dan jerami jagung dengan siplementasi sisa
hasil industri pertanian, maupun dengan hijauan leguminosa segar telah
dilakukan untuk pakan ternak ruminansia kecil. Untuk menggantikan rumput segar,
jerami padi dan jerami jagung dapat digunakan sampai sekitar 10% tetapi apabila
digunakan bersamaan dengan konsentrat, jerami padi dan jerami jagung dapat
menggantikan rumput sampai sekitar 30% untuk kambing dan domba.
Jumat, 11 November 2016
Tingkah Laku Berkubang Kerbau Lumpur Doro Ncanga
Hasil identifikasi di 2 lokasi
penelitian tempat berkubangnya kerbau lumpur yakni; pantai Hodo dan Mada Oi Rao
mengindikasikan bahwa, kerbau di Padang sabana Doro Ncanga kawasan Tambora akan
turun kembali menuju kubangan di Mata air Rao (Mada Oi Rao), begitu juga
sebaliknya di pantai Hoda. Pada sore hari kerbau-kerbau akan naik kembali ke
lereng gunung, bukit di sekitar kawasan Tambora, disanalah tempat hijauan dan
pohon-pohon yang masih hijau, akan tetapi
kerbau tersebut akan jalan lebih kurang sekitar 7 - 8 km begitu juga
sebaliknya.
Dari hasil survei
lapangan bahwa di Padang sabana Doro Ncanga sebagian lahan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk dijadikan areal pertanian dan tanaman perkebunan, sehingga
kerbau sebagian hidup sesuai dengan habitatnya terutama pada areal pinggir pantai
Hodo.
Proses aktivitas
berkubang dapat diamati dengan mencatat aktivitas berkubang (kali/hari)
masing-masing kerbau lumpur di pantai Hodo dan Mada Oi Rao lalu dilakukan pula
pencatatan durasi lama waktu berkubang dari masing-masing ternak kerbau yang
ada di Doro Ncanga kawasan Tambora.
Gambar: Proses Aktivitas Kerbau
Lumpur Doro Ncanga di Kubangan Pantai Hodo
Hasil survei penelitian ini tanggal 16 Juli
sampai dengan tanggal 20 Agustus 2015, menggambarkan bahwa ternak kerbau mulai
berkubang pada pagi jam 10:00 wita dan naik pada sore hari sekitar jam 04:00
wita, dan turun kembali ke Padang sabana Doro Ncanga jam 07:00 wita atau jam 08:00 wita. Kerbau-kerbau akan turun kembali merumput di bawah areal
Padang sabana Doro Ncanga, selesai merumput kerbau masuk
ke kubangan pantai Hodo sampai jam 03:00 - 04:02 wita. Selesai berkubang
kerbau akan berjalan potong di pinggir jalan raya, sehingga tidak jauh dari
lereng gunung kawasan Tambora. Inilah aktivitas yang dilakukan kerbau selama
ada dalam kubanganya. Kemudian kerbau
akan keluar sebentar kekubangan dan masuk kembali, tujuan kerbau tersebut untuk merumput dan menjemur badanya
di bawah pohon bidara (pohon Rangga), semak-semak atau belukar bahasa Bimanya -
Dompunya pohon Golkar atau pohon Taride dan bahasa Sumbawanya adalah kayu
Pki, pohon Sarigi, pohon Kore, yang
tumbuh di pinggir pantai Hodo.
Aktivitas
berkubang yang dilakukan ternak kerbau biasa disebabkan beberapa hal,
seperti suhu udara yang terlalu tinggi, suhu tubuh ternak yang terlalu tinggi,
jenis kelamin, umur ternak dan faktor genetik. Disini tanpak bahwa kerbau anak
jantan lebih sering melakukan aktivitas berkubang bila dibandingkan kerbau
lainnya. Frekuensi berkubang di masing-masing dua tempat, pantai Hodo dan Mata
air Rao. Kedua kubangan memiliki rata-rata yang sama disetiap individu kerbau,
yaitu sebesar 1 kali/hari. Sedangkan rataan waktu lama berkubang 5 jam - 6 jam.
Berkubang tertinggi terjadi pada kerbau anak jantan dan yang terendah pada
kerbau betina muda, sehingga untuk menyelesaikan suhu tubuh dengan
lingkungannya, kerbau anak jantan harus lebih lama berada dalam kubangan. Dari
hasil survei penelitian di dua kubangan pantai Hodo dan Mata air Rao Doro
Ncanga Kawasan Tambora Kabupaten Dompu menunjukkan bahwa lama waktu berkubang tertinggi terjadi pada kerbau anak
jantan dan kerbau betina dara, sebesa 8 ekor kerbau, 3 ekor kerbau anak jantan
dan 5 ekor kerbau betina dara. Sedangkan lama berkubang terjadi pada kerbau
betina anakkan yaitu sebesar 6 jam ini disebabkan karena kerbau anak jantan
memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerbau anak betina.
Sehingga kerbau anak jantan lebih sering berkubang untuk menyeimbangkan suhu tubuhnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan http bahwa Kerbau senang berkubang. Co.id
(2012) yang menyatakan berkubang merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh
kerbau, terutama kerbau lumpur. Dimana pada saat berkubang kerbau mendinginkan
suhu tubuh mereka yang panas menjadi dingin atau seimbang.
Waktu berkubang kerbau di 2 (dua) lokasi kubangan di
areal Padang sabana Doro Ncanga Kabupaten Dompu terlihat bahwa rataan
waktu berkubang tertinggi dari dua
lokasi diperoleh dari kerbau dara jantan sebesar 5 - 6 jam, terendah pada
kerbau dara betina yaitu sebesar 4-5. Hal ini menunjukkan bahwa kerbau dara
jantan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berkubang. Frekuensi kerbau
berkubang di antara 2 (dua) lokasi di mada oi Rao dan pantai Hodo di atas yang
paling tinggi yaitu 5 jam. Sedangkan lama waktu yang paling rendah berada pada
pantai Hodo. Hal ini disebabkan oleh suhu di lebih rendah 25-27 derajad
Celsius.
Lama
kerbau berkubang di antara dua lokasi kubangan di atas yang paling tinggi ada
di pantai Hodo 5 - 6 jam sedangkan waktu yang paling rendah berada di mada oi
Rao yaitu 3-4 jam. Hal ini juga disebabkan karena suhu di lokasi Mada oi Rao
lebih tinggi yaitu 27-290c dan 27-300c. dimana karena
suhu lebih rendah kerbau bisa beberapa kali berkubang karena suhu tubuhnya
cepat turun sedangkan di pantai Hodo yang suhunya lebih tinggi hanya sekali
berkubang karena membutuhkan waktu yang lama untuk mendinginkan suhu tubuhnya
sehingga hanya sekali saja berkubang.Tingkah Laku Kerbau (Behaviour) Doro Ncanga Kawasan Tambora, Kabupaten Dompu, NTB
Tingkah
Laku Makan
Aktivitas makan adalah tingkah laku
makan yang terdiri aktivitas mencium makanan, merenggut makanan, mengunyah
makanan, dan menelan makanan. Dalam satu kubangan kerbau terdapat beberapa
ternak yang mengkonsumsi makanan yang berasal dari jenis rumput, jerami padi
dan limbah pertanian lainya.
Hasil pengamatan
penelitian ini dalam kubangan kerbau lumpur yang ada di pantai Hodo di
kawasan Doro Ncanga bahwa aktivitas makan tertinggi terjadi pada kerbau kerbau
betina dewasa yaitu sebesar 10 ekor kali yang terendah terjadi pada kerbau
jantan anakkan yaitu sebesar 3 ekor. Hal ini sesuai dengan peryataan Schoenian
(2005), yang menyatakan bahwa kerbau termasuk hewan yang suka merumput (Grazer) dan Banerjee (1982) yang
menyatakan bahwa kerbau kurang memilih dalam mencari makan dan oleh karena itu
mengkonsumsi dalam jumlah besar.
Dari hasil pengamatan lapangan
kerbau lumpur Doro Ncanga bahwa ada 4 aktivitas makan kerbau pada
musim hujan:
1.
Aktivitas mencium pakan,
yaitu awal perenggutan hijauan hingga kerbau mencium yang lainya.
2.
Aktivitas merenggut
makanan yaitu awal perenggutan hijauan hinggga diagkat untuk dikunyah
3.
Aktivitas mengunyah
makanan yaitu aktivitas yang dimulai
perenggutan hijaun yang telah dikumpulkan dalam mulut hingga aktivitas
mmenelan.
4.
Aktivitas menelan makanan
yang dimulai dari menelan hasil kunyahanhingga aktivita lainya,dan kerbau lebih banyak merumput bila
dibandingkan dengan sapi
Secara umum aktivitas kerbau lumpur
Doro Ncanga Padang penggembalaan Doro
Ncanga kawasan Tambora dijumpai prilaku alami kerbau yang telah diteliti
dari kelompok habitatnya. Kerbau lebih suka berendam badanya dilumpur sehingga
diberi nama kerbau lumpur. Dilihat dari klasifikasi kategori umur dan jenis
kelamin bahwa dalam satu klan terdiri dari beberapa induk dan anak-anakny; satu
klan bisa juga terdiri dari beberapa keturunan kerbau. Dalam satu klan, semua
kerbau saling kenal. Satu kelompok terdiri dari beberapa klan. Tergantung pada
besarnya, dalam suatu kelompok para kerbau tidak begitu saling kenal
sebagaimana dalam suatu klan. Satu kawanan terdiri dari beberapa kelompok.
Klan, kelompok dan kawanan hanya terdiri dari kerbau betina dan anak jantan
berumur hingga dua atau tiga tahun. satu
kelompok kerbau tinggal dan bermalam bersama di satu habitat. Dekat habitatnya
biasanya terdapat himpunan kotoran kerbau. Ini merupakan tempat kerbau membuang
kotoranya. Ketika hari saat panas kerbau lumpur Doro Ncanga mulai berkubang.
Pada musim kemarau di kawasan Doro Ncanga, kerbau betinan dan anak kerbau
berpisah dari kerbau jantan. Kerbau betinan dan anak kerbau berkumpul di pantai
Hodo untuk berteduh.kerbau lebih suka merumput dan hanya meramban bila pakan
sangat langka. Kerbau kerbau lumpur Doro Ncanga merumput pada siang hari,
merumput dilakukan di pagi hari dan sore hari kadang-kadang malam hari.
Hasil identifikasi lapangan di
Padang sabana Doro Ncanga bahwa kerbau merumput lebih banyak bila di bandingkan
dengan ternak sapi. Kerbau termasuk hewan yang suka merumput (grazer)
(Schoenian, 2005). Lebih lanjut dikatakan (Baneerje, 1992) mengemukakan kerbau
kurang memilih dalam mencari makan dan oleh karena itu mengkonsumsi dalam
jumlah lebih besar pakan yang kurang bermutu, tisak seperti di makan oleh sapi.
Devendra, (1987) mengemukakan bahwa
kerbau memiliki kemampuan mencerna pakan bermut rendah lebih lebih efisien
daripada sapi, dengan kemampuan mencerna 2-3% unit lebih tinggi.
Dari hasil pengamatan kerbau lumpur
Doro Ncanga bahwa ada tingkah laku yang sulit dipahami bagi orang, kecuali
peternaknya. Kerbau saling berkominikasi
dengan mencium bau untuk saling mengenal dan memanggil anaknya dengan
suara yang khas, yang jarang didengar. Ketika Kerbau masuk air
buang kotoran tujuannya untuk menandai kubangan mereka. Kerbau jantan dan kerbau betina Doro Ncanga hidup dalam kelompok yang berbeda, kerbau jantan dewasa tidak meninggalkan
kerbau betina sedang birahi.
Permasalahan
yang ditemui dari penelitian ini adalah adanya perbedaan antara sistem pemeliharaan. Kerbau Doro
Ncanga dilepas secara ekstensif di Padang alam yang luas.
Menurut Schoenian (2005) menyatakan bahwa kerbau termasuk hewan yang suka
merumput (grazer) kerbau kurang memilih dalam mencari makan oleh karenaitu
mengkonsumsi dalam jumlah besar pakan yang kurang bermutu.
Hasil
survei lapangan di 3 (tiga) Kecamatan tersebut bahwa cara pemberian pakan pada
ternak kerbau di daerah penelitian dilakukan dengan penggembalakan kerbau yakni
diikat dengan tali yang panjang lebih kurang 20 meter, sehingga ternak kerbau
dapat mencari makanan sendiri di pematang-pematang
sawah. Pada sore hari Peternak kerbau lumpur akan memindahkan kerbau di tempat
lahan yang lain, sehingga ada pergantian pakan atau rumput yang tumbuh secara
liar dapat merumput secara bergantian. Hasil penelitian Endah Pertiwi (2007)
menyatakan bahwa masyarakat Sumbawa, khususnya masyarakat tradisional
menggunakaan kebisaan melepas ternaknya secara bebas di Padang penggembalaan
dengan sistem beternak ekstensif dengan yaitu dengan penggembalaan umum di lar. Penggembalaan selama musim tanaman
(penghujanan). Maka kerbau-kerbau tersebut akan makan sendiri, dengan demikian
pakan yang diberikan pada ternak kerbau adalah rumput lapangan yang
diperoleh sendiri oleh ternak
saat merumput. Sedangkan limbah pertanian jerami jagung dan jerami padi,
jerami kedelai dan kacang-kacangan diberikan secara adlibitum. Air minum diberikan pada saat ternak kerbau dengan
menggiring ternak ke sungai atau kubanganya dan rawa.
Kegiatan beternak masyarakat Dompu
yang mengandung kearifan lingkungan dipengaruhi
dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Pemeliharaan kerbau di Dompu
dilepas di So atau sawah yang luas. So
ini berperan dalam kehidupan sosial dan ekonomi Dompu. Hal ini menunjang
potensi Kabupaten Dompu sebagai salah satu daerah penghasil ternak.
Langganan:
Postingan (Atom)